PKS PIYUNGAN: Jubir DPP PKS: Ahmad Fathanah itu Penjahat, juga M...: Jakarta - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menyatakan tegas bahwa Ahmad Fathanah sebagai penjahat dan makelar. Ia dianggap hanya mengaku ...
Epic PKS "Children of Heaven"
Minggu, 28 April 2013
"MENUJU NOMOR 3"
by Rindro Suluh Nugroho
Masih ingat film Children of Heaven? Film dari sineas Iran yang
mengisahkan tentang perjuangan seorang kakak bernama Ali demi
menggantikan sepatu adik (Zahra) yang dihilangkannya. Setidaknya itulah
tema sentral dari film tersebut, yakni SEPATU.
Lantas apa hubungannya dengan angka 3?
Hehe… ada banget. Kenapa mesti 3? Karena angka 3 tersebut adalah sebuah
posisi dimana dalam perlombaan lari jarak jauh yang diikuti oleh Ali,
jika mendapatkan posisi sebagai juara ke 3, maka ia akan mendapatkan
hadiah berupa sepasang SEPATU. Nah, posisi nomor 3 itulah yang diincar
oleh Ali agar ia bisa menggantikan sepatu adiknya yang hilang.
Nah, hal yang mengharukan dalam film tersebut adalah pada klimaks scen
dimana Ali sedang berjuang untuk mengincar posisi juara ke 3 dalam
perlombaan lari tersebut. Digambarkan betapa Ali demikian FOKUSnya untuk
mengincar posisi ke 3 tersebut. Dalam salah satu adegan dimana Ali
dijegal oleh salah satu saingannya yang membuatnya jatuh, tapi tidak
membuatnya menyerah… ia terus bangkit, berlari, dan mengejar posisi
juara ke 3.
Yang unik adalah, bahwa Ali terus berlari tanpa mempedulikan
lawan-lawannya yang telah dan berusaha menjegalnya hingga jatuh tadi. Ia
terus FOKUS dalam mengejar posisi juara ke 3. Persainganpun semakin
ketat dengan para peserta lomba lari tersebut. Ali berada dalam posisi
dimana ia merasa sangat sulit untuk mempertahankan posisi ke 3. Namun ia
tak surut semangat dan sekali lagi tetap FOKUS meraih posisi ke 3.
Beberapa puluh meter kemudian, garis finishpun terlihat. Persaingan
tambah ketat, bahkan beberapa orang peserta berada dalam posisi yang
hampir sejajar termasuk Ali di dalamnya. Ali tak peduli dengan itu, ia
tetap FOKUS meraih posisi juara 3. Sampai akhirnya tibalah para peserta
di depan garis finish, mereka semua berlari sekencang-kencangnya
termasuk Ali. Saat itu Ali sudah demikian FOKUSnya untuk mencapai garis
finish. Ia tak lagi mempedulikan ada di posisi mana. Baginya di
detik-detik akhir itu yang penting sampai ke garis finish, ia terus
berlari… berlari… sekencang-kencangnya hingga akhirnya tiba di garis
finish sebagai…. JUARA PERTAMA.
***
Apa pelajaran yang menarik dari kisah di atas?
Ya… FOKUS dan tidak terpengaruh dalam menjalankan tujuan dan cita-cita
walaupun saingan-saingan kita menyikut, menendang, menjegal bahkan
memfitnah sekalipun. Jikalau saja Ali saat dijegal hingga jatuh lalu ia
mempermasalahkan hal tersebut, bisa jadi ia tidak akan pernah tiba di
garis finish. Waktunya akan habis untuk memprotes dan berdebat atas
perbuatan lawan-lawannya.
Jadi, jangankan TIGA BESAR, seandainya kita FOKUS dan mau dengan
sungguh-sungguh dan ikhlas berjuang demi menggoalkan cita-cita bersama,
maka bukan tidak mungkin kita akan bisa keluar sebagai pemenang PERTAMA.
Jangan pernah pedulikan apa kata orang, apalagi jika itu hanya berupa
cacian, hujatan, hinaan dan sekedar tuduhan-tuduhan tanpa dasar. Setiap
kita memiliki tugas yang berbeda. Kita harus membuktikan kepada orang
lain bahwa kita bisa bekerja melayani mereka bagaimanapun kondisi dan
keadaan kita baik ketika sempit maupun lapang. Perjuangan kita bukanlah
perjuangan untuk memenuhi ambisi politik dan kekuasaan semata,
perjuangan kita adalah perjuangan untuk membuktikan bahwa Islam adalah
rahmat bagi setiap orang dan siapa saja khususnya di bumi Indonesia yang
kita cintai ini.
Terus berjuang dengan CINTA, KERJA dan HARMONI.
http://www.pkspiyungan.org/2013/04/epic-pks-children-of-heaven.html
Label:
INSPIRASI
Kompasiana Berubah Jadi PKSiana?
OPINI | 30 March 2013 | 12:31



Sebulan terakhir ini Kompasiana mulai tampak
seperti PKSiana. Memang sih fenomena ini tidak menyebar ke seluruh
rubrik yang ada. Paling banyak tulisan tentang PKS muncul di rubrik
politik, rubrik yang paling ramai di Kompasiana. Di rubrik lainnya ada
juga nyelip tulisan tentang PKS tapi jumlahnya bisa dihitung dengan
jari. Namun, secara keseluruhan fenomena PKSiana benar-benar menampakkan
wujudnya.
Iseng-iseng, saya telah melakukan survey sederhana yaitu dengan mengetik kata “PKS” di kolom search. Dari hasil pencarian itu, saya catat tanggal terbit tiap artikel. Saya mendapatkan di bulan Maret ini ternyata kurang lebih ada 46 artikel tentang PKS. Maka jika di rata-rata berarti hampir setiap hari ada artikel tentang PKS. Bahkan ada yang cukup mencengangkan, di tanggal 2 Februari 2013 lalu, dalam satu hari tercatat artikel tentang PKS muncul 11 biji! Luar biasa bukan?
Tentu saja saya jadi makin penasaran. Saya membedah lebih lanjut siapa penulis yang rajin bicara tentang PKS. Hasilnya para penulis yang membuat artikel tentang PKS terbagi dua yaitu kader PKS dan non kader PKS. Yang non kader PKS terbagi lagi jadi tiga yaitu yang pro, yang kontra dan yang netral. Menariknya, semakin hari penulis yang pro semakin banyak –baik yang berasal dari kalangan kader maupun non kader– dibanding dengan yang kontra. Ini fenomena lain yang membuat saya jadi lebih penasaran lagi.
Bagaimana saya tahu penulis tentang PKS itu kader atau bukan? Akun palsu atau asli? Saya memang tidak tahu pasti. Saya hanya mengira saja melalui tulisan mereka dan juga komen-komen yang ada. Sebab ada yang mengaku terang-terangan sebagai kader PKS dan ada juga yang tidak. Pastinya yang kontra PKS saya anggap dari non kader. Tetapi itu tidak terlalu penting karena di artikel ini saya hanya ingin menyorot fenomena PKSiana di Kompasiana.
Seperti yang Anda lihat, artikel tentang PKS saling bersahutan antara yang pro dan kontra atau antara PKS Lover’s dan PKS Hater’s. Belum lagi kalau kita melihat di kolom komentar, yang pro dan yang kontra tidak kalah sengitnya beradu argumen. Benar-benar seru menyimaknya. Untungnya ditengah kecamuk antara pro dan kontra, yang netral ikut menengahi sehingga suasana jadi tenang kembali.
Pertanyaannya, apakah PKS diuntungkan dengan fenomena ini?
Jawabnya adalah sangat. Kompasiana adalah salah satu situs dengan trafik tinggi. Pembacanya pasti berpendidikan. Dengan membanjirnya tulisan tentang PKS berarti iklan gratis sudah pasti didapat oleh PKS. Soal isinya yang pro dan kontra, tidak terlalu penting. Karena dalam ilmu psikologi komunikasi dikatakan bahwa ketika frasa PKS masuk ke dalam pikiran bawah sadar maka ia tidak lagi mengenal tone negatifnya. Yang ada hanyalah PKS, PKS dan PKS.
Apalagi jika dicermati lebih mendalam, di bulan Maret ini, tone positif tentang PKS di Kompasiana lebih banyak daripada yang negatifnya. Ini berarti kader PKS terlibat aktif dalam “perang tulisan” di kompasiana ini. Alih-alih meratapi hujatan dan celaan penulis yang kontra, kader PKS justru aktif membuat tulisan yang mampu meng-counter dan mengimbangi hujatan tersebut.
Pembaca bisa menilai sendiri bahwa kualitas tulisan yang pro PKS memberi kesan bahwa mereka rata-rata cerdas dan kreatif. Contohnya ada judul yang terkesan negatif seperti PKS itu Berbahaya. Terus terang, saya tidak tahu penulisnya kader PKS atau bukan. Tetapi judul tersebut cukup provokatif dan mengundang pembaca untuk mengkliknya (tercatat sudah lebih dari 2000x dibaca). Padahal isinya justru positif.
Sebaliknya tulisan yang kontra juga tidak mau kalah. Mereka juga sering membuat judul yang provokatif. Cuma jelas sekali terlihat mereka terlalu banyak mencela tanpa bukti yang kuat. Bahkan terkadang isinya cacian semua. Tentu saja ini sangat disayangkan. Kebebasan yang diberikan Kompasiana dipenuhi oleh energi negatif. Inilah justru merugikan penulis itu sendiri karena kelihatan seperti orang bodoh lantaran argumennya dangkal dan seringkali tidak fair.
Untuk penulis yang kontra PKS ini, saya menyarankan teruslah menulis. Buktikan bahwa Anda bukan pecundang. Sajikan analisa yang tajam dan cerdas. Jangan biarkan kebodohan Anda semakin terlihat nyata dengan tulisan-tulisan sampah tak berarti.
Terakhir, untuk penulis yang pro PKS maupun yang netral, teruslah penuhi media ini dengan energi positif kebaikan dalam setiap bytes memori Kompasiana. Sehingga energi negatif akan kehabisan tempat, sampai-sampai mereka merasa perlu berteriak, “Tolooong…! Beri aku kesempatan meskipun hanya satu bytes memori di sini!”.
Iseng-iseng, saya telah melakukan survey sederhana yaitu dengan mengetik kata “PKS” di kolom search. Dari hasil pencarian itu, saya catat tanggal terbit tiap artikel. Saya mendapatkan di bulan Maret ini ternyata kurang lebih ada 46 artikel tentang PKS. Maka jika di rata-rata berarti hampir setiap hari ada artikel tentang PKS. Bahkan ada yang cukup mencengangkan, di tanggal 2 Februari 2013 lalu, dalam satu hari tercatat artikel tentang PKS muncul 11 biji! Luar biasa bukan?
Tentu saja saya jadi makin penasaran. Saya membedah lebih lanjut siapa penulis yang rajin bicara tentang PKS. Hasilnya para penulis yang membuat artikel tentang PKS terbagi dua yaitu kader PKS dan non kader PKS. Yang non kader PKS terbagi lagi jadi tiga yaitu yang pro, yang kontra dan yang netral. Menariknya, semakin hari penulis yang pro semakin banyak –baik yang berasal dari kalangan kader maupun non kader– dibanding dengan yang kontra. Ini fenomena lain yang membuat saya jadi lebih penasaran lagi.
Bagaimana saya tahu penulis tentang PKS itu kader atau bukan? Akun palsu atau asli? Saya memang tidak tahu pasti. Saya hanya mengira saja melalui tulisan mereka dan juga komen-komen yang ada. Sebab ada yang mengaku terang-terangan sebagai kader PKS dan ada juga yang tidak. Pastinya yang kontra PKS saya anggap dari non kader. Tetapi itu tidak terlalu penting karena di artikel ini saya hanya ingin menyorot fenomena PKSiana di Kompasiana.
Seperti yang Anda lihat, artikel tentang PKS saling bersahutan antara yang pro dan kontra atau antara PKS Lover’s dan PKS Hater’s. Belum lagi kalau kita melihat di kolom komentar, yang pro dan yang kontra tidak kalah sengitnya beradu argumen. Benar-benar seru menyimaknya. Untungnya ditengah kecamuk antara pro dan kontra, yang netral ikut menengahi sehingga suasana jadi tenang kembali.
Pertanyaannya, apakah PKS diuntungkan dengan fenomena ini?
Jawabnya adalah sangat. Kompasiana adalah salah satu situs dengan trafik tinggi. Pembacanya pasti berpendidikan. Dengan membanjirnya tulisan tentang PKS berarti iklan gratis sudah pasti didapat oleh PKS. Soal isinya yang pro dan kontra, tidak terlalu penting. Karena dalam ilmu psikologi komunikasi dikatakan bahwa ketika frasa PKS masuk ke dalam pikiran bawah sadar maka ia tidak lagi mengenal tone negatifnya. Yang ada hanyalah PKS, PKS dan PKS.
Apalagi jika dicermati lebih mendalam, di bulan Maret ini, tone positif tentang PKS di Kompasiana lebih banyak daripada yang negatifnya. Ini berarti kader PKS terlibat aktif dalam “perang tulisan” di kompasiana ini. Alih-alih meratapi hujatan dan celaan penulis yang kontra, kader PKS justru aktif membuat tulisan yang mampu meng-counter dan mengimbangi hujatan tersebut.
Pembaca bisa menilai sendiri bahwa kualitas tulisan yang pro PKS memberi kesan bahwa mereka rata-rata cerdas dan kreatif. Contohnya ada judul yang terkesan negatif seperti PKS itu Berbahaya. Terus terang, saya tidak tahu penulisnya kader PKS atau bukan. Tetapi judul tersebut cukup provokatif dan mengundang pembaca untuk mengkliknya (tercatat sudah lebih dari 2000x dibaca). Padahal isinya justru positif.
Sebaliknya tulisan yang kontra juga tidak mau kalah. Mereka juga sering membuat judul yang provokatif. Cuma jelas sekali terlihat mereka terlalu banyak mencela tanpa bukti yang kuat. Bahkan terkadang isinya cacian semua. Tentu saja ini sangat disayangkan. Kebebasan yang diberikan Kompasiana dipenuhi oleh energi negatif. Inilah justru merugikan penulis itu sendiri karena kelihatan seperti orang bodoh lantaran argumennya dangkal dan seringkali tidak fair.
Untuk penulis yang kontra PKS ini, saya menyarankan teruslah menulis. Buktikan bahwa Anda bukan pecundang. Sajikan analisa yang tajam dan cerdas. Jangan biarkan kebodohan Anda semakin terlihat nyata dengan tulisan-tulisan sampah tak berarti.
Terakhir, untuk penulis yang pro PKS maupun yang netral, teruslah penuhi media ini dengan energi positif kebaikan dalam setiap bytes memori Kompasiana. Sehingga energi negatif akan kehabisan tempat, sampai-sampai mereka merasa perlu berteriak, “Tolooong…! Beri aku kesempatan meskipun hanya satu bytes memori di sini!”.
Demikian. Salam PKSiana…eh. ..Kompasiana!
Label:
SEPUTAR PKS
Saudariku, Banggalah Berjilbab Syar’i… Oleh: Akmal Ahmad

Saya tiba-tiba teringat dengan percakapan bersama adik kelas, laki-laki, waktu di kampus dulu. Tak seperti biasanya, dia yang memulai awal diskusi. Biasanya dia lebih banyak diam mendengarkan. Tampak sekali raut penasaran pada wajahnya.
“Bang, jadi akhwat muslimah berjilbab lebar tu, kalau jalan harus nunduk gitu ya bang? Trus klo disapa gitu ‘cool’ banget. Blum lagi kalau ditanya, jawabnya dikit-dikit, ditanya satu-jawabnya satu,” cerocosnya penasaran memulai diskusi kami.
“Hehehe…nasib ente aje bro, baru ketemu yang begituan. Muslimah itu sama kayak kita-kita ini. Ada yang melankolis, plegmatis, koleris bahkan sanguinis sejati yang bikin ente satu kelas senyam senyum mulu,” terang saya.
“Nah, kebetulan aja,” lanjut saya, “ente baru ketemu dengan para melankolis,”
“Oo, gitu ya bang? Tapi masak sih ada yang beda dari itu. Perasaan sama semua deh,” ujarnya.
“Ente sih, kurang baca sirah (sejarah) nabi dan sahabat. Dari dulu dah ada bro, emang beda-beda gitu, sama kayak kita,” jawab saya.
“Dulu itu,” jelas saya mengisahkan, “sudah ada muslimah yang jago bela diri seperti Nusaibah binti Ka’ab yang melindungi Rasulullah ke manapun beliau bergerak dalam perang… mhhmm, koleris banget gak neh? Dan ane pun pernah ketemu dengan yang beginian, karena hobby karate sejak SMP, setiap dia maen volley dan dapat giliran service, tu bola biasanya gak balek lagi, karena sangking kenceng mukulnya… hehe”.
“Baru dengar yang beginian bang…” jawabnya dengan mata membulat (serius dengar atau shock kale ya, wkwk)
“Juga ada yang ketika rapat, klo dah dikasih giliran ngômong, teruusss aja ngomong ngasih pendapat. Hingga lebih dari dua orang bilang ‘cukup…cukup…cukup’, baru berhenti. Itu pun dari awal ngomong suaranya tenor mulu… ckckck… bayangin…tu stamina dari mana coba?” (Hahaha…)
“Atau ente jangan-jangan juga belum pernah dengar ada akhwat muslimah yang pulang mudik sendirian pake motor, lewat pesawangan tengah malam? (soalnya masih single gitu… qiqiqi). Sesungguhnya dia memiliki kepribadian kuat dan pemberani seperti seorang shahabiyah Hani’ binti Abu Thalib.”
“Juga ada yang sanguinis, bawaannya ceria seperti bunda ‘Aisyah RA. Humornya, humor cerdas, tak pernah nyakitin dan merendahkan orang lain, apalagi merendahkan dirinya,”
“Juga ada yang doyan membentak (mungkin juga dengan mata melotot… ini mungkin ya, sebab belum pernah lihat yang sampai melotot… tapi klo membentak ada banyak… hehe), bahkan tertawa terbahak (bukan terbahak-bahak ya) seperti Hafshah Ra…”
“Tentunya, tak ketinggalan yang berkarakter lembut dan keibuan seperti Khadijah RA” terang saya.
“Wahhhh, jadi gak semuanya nunduk dan pemalu gitu ternyata ya bang?” tanyanya dengan wajah berbinar (heran, kok bisa senang gini neh anak? Qiqiqi)
“Ya betul gitu,” jawab saya. “Tapi perlu diingat bro, karakter mereka emang beda-beda, namun memiliki satu kesamaan,”
“Apa tu bang?” tanyanya penuh semangat.
“Apapun karakternya, muslimah yang baik itu, jika kau coba-coba menggodanya, apalagi iseng-iseng menyentuh tangannya… yang pandai bela diri akan langsung pasang kuda-kuda untuk menghantammu bro… atau yang gak pandai bela diri… akan langsung jongkok ambil batu, siap nimpukin kepalamu (reaksi fitrah batu gilingan cabe :p), hahahaha,” tukas saya dengan jenaka.
“Ahh, abang ne ada-ada aja,” jawabnya nyengir.
Ya, begitulah Islam. Islam tak kan menghapus warna-warni nan indah. Ia bahkan memadukannya bersama syariat agar semakin teduh dan sedap di pandang mata.
Saudariku, banggalah jadi muslimah berjilbab syar’i…
#Salam 3 BESAR
Beginilah Seharusnya PKS Bekerja Kompasiana oleh: Amrullah Aviv
“Berapa umur kakek ? Kai Asnan menjawab : Barapa ya . . . (sambil membuka topi, sakalian malihatakan kepala beliau yang sudah penuh dengan uban berwarna putih pekat) 70 tahun lebih sudah, mungkin udah 80 tahun, kata beliau sambil tersenyum, dan langsung meletakkan topi ke kepala.
———————
Petikan singkat awal pembicaraan saya dengan seorang Kai (kakek) penjual es krim keliling. Saya sudah sering melihat Kai ini jualan di jalan, namun baru kali ini berkesempatan dialog langsung dengan beliau. Saya hanya ingin mengetahui dan sekaligus mengmbil hikmah dan semangat dari jiwa beliau, jiwa yang tak pernah menyerah dan meratapi keadaan, jiwa yang hidup dan bangkit untuk terus berusaha, dan “Umur Bukan Masalah”.
Jam barapa berangkat dari rumah ? lanjutku semakin penasaran tentang
perjuangan kakek tua ini. Sambil mempersiapkan es krim yang aku mau beli, Kai menjawab “Sekitar jam 6 an, aku sudah ke luar rumah” . Menurut beliau kalau sudah terang (matahari sudah timbul) maka ssegeranya kita harus beraktifitas (kerja), tapi jangan mendahului matahari, lanjut Kai. Dari jam 6 sampai jam 7 an beliau gunakan untuk mempersiapkan es krim yang akan beliau jual. . . Ya sekitar jam 7 lewat sedikit baru beliau mulai menjajakan es krim.
Setiap harinya Kai Asnan menjual es krim dengan menggunakan sepeda ontel yang sudah tua, kalau dihitung-hitung setiap harinya beliau menempuh jarak sekitar 25 km (PP / Pulang Pergi).
Es krim yang sederhana, dikerjakan secara tradisonal, sedikit kasar tidak lembut seperti es krim yang ada dipasaran. Satu es krim plus cone nya dijual Kai dengan harga Rp. 1.000. Jadi kalau saya hitung secara kira-kira, paling seharian Kai hanya mendapatkan keuntungan 30-40 ribu rupiah, itu kalau laku dan habis semua.
Kalau kakek keluar rumah jam 6 an, tarus jam barapa balik ke rumah? Lanjutku terus mengejar tingkat semangat beliau ? “Sekitar jam 4 sore sudah balik ke rumah, habis ataupun tidak tetap balik” jar Kai.
Dalam hati saya tersenyum (hampir sama dengan jadwal kantor ku, he …he….// Tapi bedanya beliau dengan mengayuh sepeda, dan terus mengharap pembeli datang . . . Harapan yang selalu berayun dalam doa dan disambung dengan ikhtiar yang luar biasa, penuh keringat dan nafas yang tersengak-sengak). Senyuman ini bukan apa-apa, senyuman ini menandakan kekaguman dan sekaligus doa, semoga Kai Asnan diberikan rezki yang berlimpah dan tentunya halal, hidup berkah dan husnul khatimah. Sekaligus juga berharap saya dapat mencapai umur tua seperti beliau dan memiliki semangat hidup yang sama dan bahkan lebih . . Terus Berjuang Mencapai Cita-Cita Tertinggi . . . Dan “Umur Bukan Masalah”
Nah es nya ? Jar kai, memecahkan lamunanku. Ku ambil es nya sembari menyerahkan uang 5 ribuan. Kai Asnan sigap langsung menyiapkan uang kembaliannya. “Ngak usah dikembalika, untuk kakek aja kembaliannya” kataku langsung. Dengar muka berbinar Kai menyergah “Nah jangan,” Iya untuk kakek aja, kembali aku memaksa. Dengan nada yang rendah kai berucap : “Makasih banyak”
Dengan muka yang penuh suka cita dan rasa yang penuh campur aduk, kai kembali mengayuh sepedanya dan terus arungi jalan hidupnya.
Yah Cuma beberapa ribu rupiah bagi kita, namun bagi Kai Asnan, satu rupiah pun akan sangat berharga, apalagi kalau disandingkan dengan jerih payah beliau dalam mendapatkan satu rupian ini. Keberkahan akan ada di setiap perjuangan penuh keikhlasan.
Demi Keberkahan, maka “Umur Bukan Masalah”.
Kabar Gembira dari Rasulullah SAW buat para pekerja, pencari nafkah halal tuk keluarga : Barang siapa yang sore hari duduk kelelahan lantaran pekerjaan yang telah dilakukannya , maka ia dapatkan sore hari tersebut dosa-dosanya diampuni oleh Allah SWT. (HR. Thabrani )
Hadits inilah yang akhirnya membuat kelelahan dalam bekerja mencari nafkah itu menjadi sebuah kerinduan, bagaimana tidak bahkan dalam sebuah riwayat :
Sesungguhnya Allah SWT mencintai seorang mu’min yang giat bekerja . (HR. Thabrani )
——————————————
Beginilah Seharusnya PKS Bekerja, dan memang sebenarnya PKS sudah seperti ini, Berkerja, Bekerja dan terus Bekerja, entah kadernya masih muda, dan bahkan banyak kader PKS yang sudah sepuh namun semangatnya kadang-kadang mengalahkan semangat kerja yang masih muda.
Label:
INSPIRASI
OPERASI GAGAL TOTAL BUAT PKS!
Skenario Adu Domba Pecah Belah PKS vs KPK - Gagal Total!
Sssstttttt…. saya beritahu ya kenapa LHI kemungkinan besar bisa bebas. Dan skenario adu Domba antara KPK vs PKS gagal total…
monggo disimak:
1. Jika tidak ada rekaman sadapan LHI kepada AF utk ambil suap, saya yakin LHI bebas.
2. Dasar keyakinan itu telah saya tuitskan seterang2nya. Semua delik yg dijeratkan KPK mentah.
3. Pertanyaannya, apakah KPK punya sadapan percakapan LHI kepada AF utk ambil suap?
4. Jika ada mengapa KPK tak tunggu uang mengalir dulu dari AF ke LHI baru lakukan penangkapan.
5. Seperti semua kasus tangkap tangan KPK terhadap penyelenggara negara.
6. Satu contoh kasus saya ambil untuk perbandingan. Kasus tangkap tangan Tommy Hindratmo, pegawai pajak.
7. Baca lah isi putusan hakim terhadap perkara Tommy Hindratmo dan James Gunarjo. James adlkurir sperti AF.
8. KPK sudah tahu saat Antonius Zonbeng, komisaris Bhakti Investama minta uang ke direktur keuangan Bhakti.
9. KPK tunggu uang mengalir dari Direktur Keuangan Bhakti ke Antonius. Nggak langsung ciduk.
10. Uang dari Antonius kemudian berpindah ke James Gunardjo. KPK juga tahu lewat sadapan. KPK juga menunggu.
11. Anda tahu berapa lama uang suap itu di tangan James? Tiga hari. Tak percaya, baca lah putusan James.
12. KPK tidak tangkap James. Sebab KPK menunggu uang mengalir ke Tommy dulu.
13. Mengapa KPK tak tangkap langsung James seperti menangkap AF dlm kasus LHI (ingat peran James mirip AF).
14. Jawabannya ada di putusan James dan Tommy. “KPK sudah tahu” uang bakal mengalir dari James tadi ke Tommy.
15. Mengapa KPK tahu? Karena ada sadapan dlm kasus Tommy Hindratmo.
16. KPK pun akhirnya menangkap Tommy setelah tiga hari duit rasuah itu ada di James.
17. Balik kita ke kasus LHI. Apakah KPK punya sadapan sebagai penuntun bahwa uang yg diterima AF untuk LHI?
18. Jika ada, tentunya KPK tunggu uang mengalir juga ke LHI dulu. Baru kemudian tangkap tangan.
19. Tapi faktanya KPK tangkap AF kurang dari 24 jam setelah terima uang dari Indoguna. Ada apa?
20. Perbedaan ‘penampilan’ KPK dlm kasus LHI ini yg nggak bisa dijawab KPK sampai sekarang.
21. Jadi masuk akal bila muncul kecurigaan KPK tangkap LHI karena pesanan. Sialnya, data pesanan salah pula.
22. Atau KPK dijebak untuk menangani kasus buntu ini. Saat kasus LHI bebas, KPK dipermalukan.
23. Yang lebih seram, KPK terpaksa vis a vis berhadapan dg massa PKS yg tak terima LHI dikriminalisasi.
24. Tapi saya percaya massa PKS tak akan anarkis. Mereka lebih terdidik dan santun. Nggak kayak massa PDIP.
25. Coba anda bayangkan LHI ini Megawati, gimana situasi jadinya. Seram. Pemilu 2014 bisa gagal karena chaos.
26. Nah skenario chaos jelang pemilu 2014 inilah yg semestinya diperhatikan aktivis seperti bung fajrul ini.
27. Instrumen penanggulangan situasi chaos itu sebenarnya sudah ada. Inpres No.2/2013. Baca lah…
28. Atau memang skenario ini sudah dirancang jauh2 hari, wallahu’alam. Kita lihat nanti.
*@dangtuanku
Cetttaaaerr Membahana! Mereka ingin adu domba PKS vs KPK! Wow konspirasi yang mengerikan.. tapi Alhamdulilah kader/simpatisan PKS cerdas dan terdidik ga kayak kader/simpatisan partai si fulan. hee
Kalau emang salah hukum dah.. hukum.. kalau gak salah ngapain sih di goyeng- goyeng.
Jadi Ingat deh Kisah nabi Yusuf As - di penjara karena fitnah eee… ternyata Allah balas kesabaran beliau; keluar dari penjara menjadi Penguasa Mesir!
…… Jangan pernah menyangka bahwa seseorang pahlawan selalu meraih prestasi- prestasinya dengan mulus, atau bahkan tidak pernah mengenal kegagalan. Kesulitan-kesulitan adalah rintangan yang diciptakan oleh sejarah dalam perjalanan menuju kepahlawanan. Karena itu, peluang kegagalan sama besarnya dengan peluang keberhasilan.
“Kalau bukan karena kesulitan, maka semua orang akan menjadi pahlawan,” kata seorang penyair Arab, Al-Mutanabbi…
kompasiana.com
admin by IU
Label:
PKS Bicara,
SEPUTAR PKS
Alhamdulillah! Perjuangan PKS Berhasil, Azas Tunggal Untuk Ormas Ditiadakan
Asas tunggal Pancasila yang ditolak oleh Fraksi PKS DPR telah dicabut. RUU Ormas dijadwalkan disahkan 12 April 2013 mendatang.
"Asas tunggal sudah tidak ada, kita hapus. Kita ingin redaksi di revisi UU Nomor 8 tahun 1985 tentang Ormas memang asas yang sama dengan UU Parpol," kata Ketua Pansus Revisi UU Ormas, Abdul Malik Haramain, saat berbincang, Jumat
"Asas tunggal sudah tidak ada, kita hapus. Kita ingin redaksi di revisi UU Nomor 8 tahun 1985 tentang Ormas memang asas yang sama dengan UU Parpol," kata Ketua Pansus Revisi UU Ormas, Abdul Malik Haramain, saat berbincang, Jumat
(5/4/2013). Malik
menuturkan, UU Parpol mengatur asas dasar Pancasila dan UUD 1945 dan
diperbolehkan memasukkan asas lain yang tidak bertentangan dengan
Pancasila dan UUD 1945. Jadi tidak ada lagi klausul asas tunggal
Pancasila.
"Kalau semua bisa segera disepakati kita jadwalkan minggu depan tanggal 12 April masuk Paripurna DPR," tegasnya.
Asas ormas diatur di Bab II tentang asas, ciri, dan sifat ormas. Aturan tersebut diatur di pasal 2 RUU Ormas.
"Asas ormas adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 serta dapat mencantumkan asas lainnya yang tidak bertentangan dengan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945," demikian bunyi pasal 2 RUU Ormas.(dt)
http://www.suaranews.com/2013/04/alhamdulillah-perjuangan-pks-berhasil.html
"Kalau semua bisa segera disepakati kita jadwalkan minggu depan tanggal 12 April masuk Paripurna DPR," tegasnya.
Asas ormas diatur di Bab II tentang asas, ciri, dan sifat ormas. Aturan tersebut diatur di pasal 2 RUU Ormas.
"Asas ormas adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 serta dapat mencantumkan asas lainnya yang tidak bertentangan dengan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945," demikian bunyi pasal 2 RUU Ormas.(dt)
http://www.suaranews.com/2013/04/alhamdulillah-perjuangan-pks-berhasil.html
Label:
SEPUTAR PKS